Tuesday, March 1, 2011

Pembuatan Papan Penunjuk Ketua RT Dan RW



1. Latar Belakang

Belum tersedianya papan RT dan RW di tiap rumah ketua RT dan RW.

2. Tujuan Kegiatan

Untuk memudahkan orang jika ada yang mencari ketua RT dan RW di desa Bantrung.

3. Sasaran Kegiatan

Rumah Ketua RT dan RW yang belum memiliki papan dan papan yang sudah lapuk.

4. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan papan penunjuk ketua RT dan RW di desa Bantrung.

5. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Pembuatan Papan Penunjuk Ketua RT Dan RW Dan Papan Penunjuk Jalan di Desa Bantrung, Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara adalah TIM KKN 1 Undip desa Bantrung.

6. Laporan Kegiatan

Telah dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2011 dengan baik.

7. Kendala Kegiatan

Dalam pelaksanaan program Pembuatan Papan Penunjuk Ketua RT Dan RW Dan Papan Penunjuk Jalan di Desa Bantrung, kami menemukan beberapa kendala dalam pencetakan huruf.

8. Solusi

Penulisan di papan dilakukan secara manual dengan cat .

9. Rincian Dana

a. Cat

Rp. 175.000,00

b. Kuas

Rp. 25.000,00

c. Papan

Rp. 300.000,00

Total Pengeluaran

Rp. 500.000,00

10. Hasil Dan Manfaat

Dengan program kerja ini diharapkan masyarakat memperoleh hasil berupa tersedianya papan petunjuk ketua RT di desa bantrung.

Pemanfaatan Lahan untuk (TOGA) di Desa Bantrung

1. Latar Belakang

Dewasa ini obat-obatan modern sudah menjadi bagian dari kehidupan kita7 sehari-hari. Obat-obatan itu dalam berbagai bentuk sudah dijual bebas dan mudah sekali didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akhir-akhir ini trend pengobatan modern cenderung kembali ke tanaman obat yang digunakan secara tradisional. Ada beberapa alas an yang mendasari kecendrungan ini. Misalnya,tanaman obat yang digunakan secara tepat, tidak atau kurang menimbulkan efek samping dibandingkan dengan obat-obatan modern terutaman yang dibuat dari bahan sintesis. Alasan lain,obat-obatan tradisional juga lebih tepat untuk digunakan sebagai penyakit atau untuk menjaga kesehatan.

Yang dimaksud dengan TOGA adalah Taman Obat Keluarga. Kata “Taman” menunjukakan adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai estetika tanaman – dalam hal ini tanaman obat – dengan adanya pengaturan yang sesuai dengan potensi lahan dan enak dipandang mata.Sedangkan kata “Keluarga” menunjukkan “taman obat” ini berfungsi untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga dan dibuat di lingkungan keluarga, yaitu di pekarangan rumah, dapat juga di pekarangan sekolah atau kantor.

Pekarangan biasanya memiliki luas lahan terbatas, maka jenis tanaman obat sebaiknya dipilih yang penting dan bermanfaat untuk keperluan menjaga kesehatan keluarga sehari – hari. Selain itu, dipilih jenis tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak menyita tempat karena ukuran tajuk yang besar. Toga juga sekarang mulai dibudidayakan untuk bisnis yang menghasilkan keuntungan cukup lumayan besar, karena toga dapat diolah menjadi berbagai produk yang berkhasiat bagi kesehatan sebagai pengganti obat.

2. Tujuan Kegiatan

a. Pemanfaatan lahan kosong

b. Pemanfaatan hasil toga untuk memberikan nilai jual yang lebih sehingga bisa meningkatkan pendapatan

3. Sasaran Kegiatan

Sasaran utama dari Pemanfaatan Lahan untuk Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Bantrung adalah masyarakat desa setempat khususnya ibu-ibu desa Bantrung.

4. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan bibit toga

5. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Pemanfaatan Lahan untuk Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Bantrung,Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara warga sekitar dan TIM KKN 1 Undip.

6. Laporan Kegiatan

Telah dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2011 dengan baik dan respon warga yang bagus.

7. Kendala Kegiatan

Dalam pelaksanaan program Pemanfaatan Lahan untuk Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Bantrung, kami menemukan beberapa kendala dalam menentukan tempat untuk melakukan penanaman karena lahan yang sebelumnya akan digunakan ternyata tidak bisa ditanami.

8. Solusi

Penggunaan lahan lain untuk penanaman toga akhirnya ditanam di lahan PKD desa Bantrung.

9. Rincian Dana

a. Tukang

Rp. 50.000,00

b. Tanaman TOGA

Rp. 50.000,00

Total Pengeluaran

Rp. 100.000,00

10. Hasil Dan Manfaat

Dengan program kerja ini diharapkan masyarakat memperoleh hasil berupa pengetahuan tentang pentingnya Tanaman Obat (TOGA) dan masyarakat dapat menggunakan TOGA yang telah ditanam untuk kepentingan bersama.

Pemanfaatan Lahan untuk (TOGA) di Desa Bantrung


1. Latar Belakang

Dewasa ini obat-obatan modern sudah menjadi bagian dari kehidupan kita7 sehari-hari. Obat-obatan itu dalam berbagai bentuk sudah dijual bebas dan mudah sekali didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akhir-akhir ini trend pengobatan modern cenderung kembali ke tanaman obat yang digunakan secara tradisional. Ada beberapa alas an yang mendasari kecendrungan ini. Misalnya,tanaman obat yang digunakan secara tepat, tidak atau kurang menimbulkan efek samping dibandingkan dengan obat-obatan modern terutaman yang dibuat dari bahan sintesis. Alasan lain,obat-obatan tradisional juga lebih tepat untuk digunakan sebagai penyakit atau untuk menjaga kesehatan.

Yang dimaksud dengan TOGA adalah Taman Obat Keluarga. Kata “Taman” menunjukakan adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai estetika tanaman – dalam hal ini tanaman obat – dengan adanya pengaturan yang sesuai dengan potensi lahan dan enak dipandang mata.Sedangkan kata “Keluarga” menunjukkan “taman obat” ini berfungsi untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga dan dibuat di lingkungan keluarga, yaitu di pekarangan rumah, dapat juga di pekarangan sekolah atau kantor.

Pekarangan biasanya memiliki luas lahan terbatas, maka jenis tanaman obat sebaiknya dipilih yang penting dan bermanfaat untuk keperluan menjaga kesehatan keluarga sehari – hari. Selain itu, dipilih jenis tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak menyita tempat karena ukuran tajuk yang besar. Toga juga sekarang mulai dibudidayakan untuk bisnis yang menghasilkan keuntungan cukup lumayan besar, karena toga dapat diolah menjadi berbagai produk yang berkhasiat bagi kesehatan sebagai pengganti obat.

2. Tujuan Kegiatan

a. Pemanfaatan lahan kosong

b. Pemanfaatan hasil toga untuk memberikan nilai jual yang lebih sehingga bisa meningkatkan pendapatan

3. Sasaran Kegiatan

Sasaran utama dari Pemanfaatan Lahan untuk Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Bantrung adalah masyarakat desa setempat khususnya ibu-ibu desa Bantrung.

4. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan bibit toga

5. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Pemanfaatan Lahan untuk Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Bantrung,Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara warga sekitar dan TIM KKN 1 Undip.

6. Laporan Kegiatan

Telah dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2011 dengan baik dan respon warga yang bagus.

7. Kendala Kegiatan

Dalam pelaksanaan program Pemanfaatan Lahan untuk Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Bantrung, kami menemukan beberapa kendala dalam menentukan tempat untuk melakukan penanaman karena lahan yang sebelumnya akan digunakan ternyata tidak bisa ditanami.

8. Solusi

Penggunaan lahan lain untuk penanaman toga akhirnya ditanam di lahan PKD desa Bantrung.

9. Rincian Dana

a. Tukang

Rp. 50.000,00

b. Tanaman TOGA

Rp. 50.000,00

Total Pengeluaran

Rp. 100.000,00

10. Hasil Dan Manfaat

Dengan program kerja ini diharapkan masyarakat memperoleh hasil berupa pengetahuan tentang pentingnya Tanaman Obat (TOGA) dan masyarakat dapat menggunakan TOGA yang telah ditanam untuk kepentingan bersama.

Pembuatan Mie Basah berbasis Tepung Mokal di Desa Bantrung.

1. Latar Belakang

Negeri kita kaya hasil pertanian sumber karbohidrat salah satunya yaitu ubi kayu. Ubi kayu merupakan salah satu pangan sumber karbohidrat pengganti beras karena memiliki kandungan gizi yang mendekati beras. tapi pemanfaatannya secara komersial masih belum banyak dilakukan.

Ubi kayu sebagai salah satu bahan pangan lokal, apabila diolah menjadi berbagai jenis jajanan dan masakan yang menarik dan memiliki citarasa enak, apalagi jika penampilannya memenuhi selera anak dan remaja, dapat menggantikan jajanan anak-anak yang terbuat dari terigu. Dengan citarasa yang enak dan pengemasan yang menarik, jajanan berbahan baku lokal akan mendapatkan nilai tambah dan potensi yang dikembangkan secara komersial. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengangkat citra jajanan anak-anak yang terbuat dari bahan baku lokal tersebut.

Konsumsi ubi kayu sebagai pangan alternatif cukup penting dalam mewujudkan penganekaragaman pangan karena ketersediaannya cukup banyak dan mudah dibudidayakan pada lahan subur maupun kurang subur sampai lahan marjinal. Ubi kayu dapat langsung dikonsumsi dengan terlebih dahulu direbus, digoreng dan dibakar atau difermentasi menjadi tape. Untuk membuat ubi kayu menjadi aneka makanan jajanan/kudapan, ubi kayu harus dibuat tepung atau tepung pati terlebih dahulu. Aneka kue/jajanan dapat dibuat dari tepung ubi kayu atau dicampur dengan tepung lainnya sesuai dengan kebutuhan bahan resep dalam pembuatan kue tersebut.

Upaya perbaikan citarasa perlu disesuaikan dengan selera dan trend zaman, ragam olahannya perlu diperbanyak dan dipromosikan agar memberikan pilihan yang menarik dan membangkitkan selera. Diharapkan dengan melakukan perbaikan citarasa dan menambah ragam produk olahannya maka tingkat pemanfaatan dan konsumsinya dapat ditingkatkan. Selain dapat menunjang kecukupan gizi masyarakat dan diversifikasi pangan, usaha tersebut akan memberikan nilai tambah yang memadai dan mendorong pengembangan industri makanan.

Promosi pemanfaatan dan penyajian produk jajanan tersebut perlu dilakukan secara intensif, disajikan secara menarik dan dikelola secara professional agar dapat menjadi usaha yang memberikan keuntungan yang menarik.

2. Tujuan Kegiatan

a. Menghasilkan produk alternative makanan yang murah dan praktis.

b. Menggunakan tepung singkong sebagai bahan baku pembuatan mie.

3. Sasaran Kegiatan

Sasaran utama dari Pelatihan Pembuatan Mie Berbasis Tepung Singkong (mokal) di Desa Bantrung adalah masyarakat desa setempat khususnya ibu-ibu desa Bantrung.

4. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengundang pelatih untuk mengajarkan secara teori dan praktik mengenai pembuatan mie berbasis tepung singkong.

5. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Pelatihan Pembuatan Mie Berbasis Tepung Singkong (mokal) di Desa Bantrung,Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara adalah mahasiswa KKN UNDIP.

6. Laporan Kegiatan

Telah dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2011 dengan antusiasme ibu-ibu yang sangat tinggi.

7. Kendala Kegiatan

Ibu- ibu banyak yang belum memiliki alat penggiling singkong untuk dijadikan tepung dan masih terkesan sulit dalam pelaksanaanya


8. Solusi

Penggilingan dapat dilakukan dengan alat penumbuk padi dan kami secara serius memberikan informasi agar ibu-ibu dapat mudah memahami proses pembuatan tepung singkong.

9. Rincian Dana

a. Bumbu Masak

Rp. 25.000,00

b. Leaflet

Rp. 25.000,00

c. Pembicara

Rp. 200.000,00

Total Pengeluaran

Rp. 250.000,00

10. Hasil Dan Manfaat

Dengan program kerja ini diharapkan masyarakat memperoleh hasil berupa tambahan ilmu tentang pembuatan tepung singkong dan lebih mengerti mengenai proses pembuatan Mie.

Pembuatan Mie Basah berbasis Tepung Mokal di Desa Bantrung.

1. Latar Belakang

Negeri kita kaya hasil pertanian sumber karbohidrat salah satunya yaitu ubi kayu. Ubi kayu merupakan salah satu pangan sumber karbohidrat pengganti beras karena memiliki kandungan gizi yang mendekati beras. tapi pemanfaatannya secara komersial masih belum banyak dilakukan.

Ubi kayu sebagai salah satu bahan pangan lokal, apabila diolah menjadi berbagai jenis jajanan dan masakan yang menarik dan memiliki citarasa enak, apalagi jika penampilannya memenuhi selera anak dan remaja, dapat menggantikan jajanan anak-anak yang terbuat dari terigu. Dengan citarasa yang enak dan pengemasan yang menarik, jajanan berbahan baku lokal akan mendapatkan nilai tambah dan potensi yang dikembangkan secara komersial. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengangkat citra jajanan anak-anak yang terbuat dari bahan baku lokal tersebut.

Konsumsi ubi kayu sebagai pangan alternatif cukup penting dalam mewujudkan penganekaragaman pangan karena ketersediaannya cukup banyak dan mudah dibudidayakan pada lahan subur maupun kurang subur sampai lahan marjinal. Ubi kayu dapat langsung dikonsumsi dengan terlebih dahulu direbus, digoreng dan dibakar atau difermentasi menjadi tape. Untuk membuat ubi kayu menjadi aneka makanan jajanan/kudapan, ubi kayu harus dibuat tepung atau tepung pati terlebih dahulu. Aneka kue/jajanan dapat dibuat dari tepung ubi kayu atau dicampur dengan tepung lainnya sesuai dengan kebutuhan bahan resep dalam pembuatan kue tersebut.

Upaya perbaikan citarasa perlu disesuaikan dengan selera dan trend zaman, ragam olahannya perlu diperbanyak dan dipromosikan agar memberikan pilihan yang menarik dan membangkitkan selera. Diharapkan dengan melakukan perbaikan citarasa dan menambah ragam produk olahannya maka tingkat pemanfaatan dan konsumsinya dapat ditingkatkan. Selain dapat menunjang kecukupan gizi masyarakat dan diversifikasi pangan, usaha tersebut akan memberikan nilai tambah yang memadai dan mendorong pengembangan industri makanan.

Promosi pemanfaatan dan penyajian produk jajanan tersebut perlu dilakukan secara intensif, disajikan secara menarik dan dikelola secara professional agar dapat menjadi usaha yang memberikan keuntungan yang menarik.

2. Tujuan Kegiatan

a. Menghasilkan produk alternative makanan yang murah dan praktis.

b. Menggunakan tepung singkong sebagai bahan baku pembuatan mie.

3. Sasaran Kegiatan

Sasaran utama dari Pelatihan Pembuatan Mie Berbasis Tepung Singkong (mokal) di Desa Bantrung adalah masyarakat desa setempat khususnya ibu-ibu desa Bantrung.

4. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengundang pelatih untuk mengajarkan secara teori dan praktik mengenai pembuatan mie berbasis tepung singkong.

5. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Pelatihan Pembuatan Mie Berbasis Tepung Singkong (mokal) di Desa Bantrung,Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara adalah mahasiswa KKN UNDIP.

6. Laporan Kegiatan

Telah dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2011 dengan antusiasme ibu-ibu yang sangat tinggi.

7. Kendala Kegiatan

Ibu- ibu banyak yang belum memiliki alat penggiling singkong untuk dijadikan tepung dan masih terkesan sulit dalam pelaksanaanya

8. Solusi

Penggilingan dapat dilakukan dengan alat penumbuk padi dan kami secara serius memberikan informasi agar ibu-ibu dapat mudah memahami proses pembuatan tepung singkong.

9. Rincian Dana

a. Bumbu Masak

Rp. 25.000,00

b. Leaflet

Rp. 25.000,00

c. Pembicara

Rp. 200.000,00

Total Pengeluaran

Rp. 250.000,00

10. Hasil Dan Manfaat

Dengan program kerja ini diharapkan masyarakat memperoleh hasil berupa tambahan ilmu tentang pembuatan tepung singkong dan lebih mengerti mengenai proses pembuatan Mie.